Tradisi Hari Raya Nyepi Bali
Umat Hindu di Bali mengontrol diri mereka saat hari raya dengan tidak bepergian, tidak bekerja, berpuasa, dan menghindari aktivitas yang mengotori tubuh selama 24 jam, mulai pukul 05.00 pagi keesokan harinya hingga 05.00 pagi pagi berikutnya. Sebaliknya, banyak tradisi di Bali yang dilakukan pada Hari Raya Nyepi yang biasa dilakukan, seperti yang berikut.
Table of Contents
Toggle1. Upacara Makanan Melasti atau Mekiis
Upacara melasti, mekiis, atau melis biasanya dilakukan tiga atau dua hari sebelum Nyepi, menurut penelitian Dr. I Wayan Suwena, "Fungsi dan Makna Ritula Nyepi di Bali."
Acara ini dilakukan untuk menyucikan peralatan upacara dan individu yang akan melakukan ritual penyepian catur brata selama hari Nyepi.
Pretima dan perlengkapan upacara diarak ke pantai atau sungai untuk disucikan selama upacara melasti. Ada pendapat bahwa air laut, danau, atau sungai adalah sumber air suci yang dianggap dapat menghilangkan kotoran.
Setelah itu, masing-masing pretima akan ditempatkan kembali di pura mereka sendiri.
Pelelastian harus rampung secara keseluruhan selambat-lambatnya pada tilem sore. Pada saat itu, pretima yang disucikan juga harus berada di bale agung.
2. Upacara Tawur Agung
Tawur agung, juga dikenal sebagai tawur kesanga, atau pengrupukan, dilakukan sehari sebelum Nyepi, waktu pergantian tahun menurut agama Hindu Bali.
3. Nyepi
Orang-orang Bali yang beragama Hindu akan menghabiskan Nyepi untuk bermeditasi dan merenungkan diri mereka sendiri dalam upaya untuk kembali ke jati diri mereka. Upacara ini dilakukan untuk menjaga alam semesta dan manusia dari gangguan bhuta kala. Orang Hindu akan melakukan hal-hal berikut selama 24 jam:
Amati geni, yang artinya “api” dalam bahasa Bali, berarti tidak menyalakan api atau lampu dan tidak mengumbar atau mengobarkan nafsu seksual.
Amati karya, yang artinya “kerja” dalam bahasa Indonesia, berarti tidak melakukan aktivitas fisik atau bekerja, serta tidak melakukan hubungan seksual. Orang-orang akan tekun melakukan penyucian rohani saat hari raya.
Amati lelungan, yang berasal dari kata Bali “lunga”, yang berarti “pergi”, dapat diartikan sebagai tidak pergi ke mana-mana untuk berkonsentrasi pada Tuhan di rumah.
Amati Lelanguan: Arti “amati lelanguan” berasal dari kata “langu”, yang berarti hiburan, seperti makan dan minum.
4. Ngembak Geni
Hari Ngembak Geni, yang terjadi sehari setelah Hari Raya Nyepi, adalah tradisi adat terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka, di mana orang Hindu mengunjungi keluarga dan teman dekat untuk memaafkan apa yang telah terjadi sebelumnya.
Orang-orang Hindu diharapkan untuk saling memaafkan saat Ngembak Geni. Prinsip Tattwam Asi, “Aku adalah kamu dan kamu adalah aku”
5. Upacara Pengerupukan
Dilakukan setelah Mecaru dengan menyebarkan nasi atau tawur. Orang-orang menyemburi rumah dan pekarangan, membuat api atau obor untuk menambah cahaya di sekitar rumah, dan memukul berbagai benda untuk membuat suara gaduh.
Para Bhuta Kala diusir dari rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar melalui pengerupukan. Pada tingkat desa, arakan ogoh-ogoh biasanya diadakan sebagai simbol Bhuta Kala yang negatif.
Ogoh-ogoh diarak di seluruh desa sebelum dibakar. Tujuannya adalah agar hal-hal negatif itu hilang dan tidak lagi mengganggu manusia.
Dengan cara ini, tradisi yang dilakukan selama Hari Raya Nyepi dilakukan secara berurutan karena memiliki tujuan khusus.
Demikianlah beberapa tradisi yang dilakukan oleh warga Bali pada saat Hari Raya Nyepi. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh warga asli Bali, namun kadang juga dilakukan oleh turis yang sedang berada di Bali guna menghormati budaya Bali.
Baca juga : Seni Ukir Kayu Bali Memukau