Era Baru Pariwisata Bali Dimulai
Salah satu sumber pendapatan utama Indonesia adalah pariwisata. Pariwisata Indonesia juga berbeda dari konsep wisata kebudayaan. Dengan keanekaragaman kebudayaannya yang luas, Indonesia memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat pariwisata yang luar biasa melalui ide memperkenalkan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda kepada wisatawan di dalam dan di luar negeri. Dari perspektif ekonomi, pariwisata telah berkontribusi terhadap PDB melalui pengeluaran asing dan perputaran ekonomi dalam beberapa tahun terakhir.
Prinsip menjadikan pariwisata Indonesia mendunia terlihat jelas dalam upaya pemerintah untuk mengelola pariwisata Indonesia, seperti yang terlihat dari banyaknya pembangunan untuk menyediakan fasilitas dan akses yang mudah diakses di wilayah pariwisata. Sebagai salah satu provinsi dengan jumlah pariwisata terbesar, Bali memainkan peran yang signifikan dan memberikan kontribusi yang signifikan untuk industri pariwisata Indonesia dalam berbagai hal. Dengan cara yang sama, pariwisata telah menjadi bagian penting dari pendapatan daerah Provinsi Bali. Saat ini, pariwisata tidak lagi dianggap sebagai hal yang mahal oleh banyak orang. Akibatnya, minat masyarakat terhadap pariwisata melonjak, dengan Bali menjadi destinasi wisata paling populer. Namun, pariwisata Bali turun drastis karena pandemi COVID-19. Untuk mengatasi situasi ini, pariwisata Bali harus bangkit kembali dan menjadi lebih kuat.
Maka dari itu, pemerintah dengan berani memutuskan untuk membuka kembali sektor pariwisata, terutama Bali, setelah angka COVID-19 mulai menurun di Indonesia. Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di Pulau Dewata.
Mengingat bahwa pariwisata adalah bagian penting dari ekonomi Bali, pandemi COVID-19 sangat memengaruhi sektor ini. Setelah menahan wisatawan lokal, Bali secara resmi dibuka untuk wisatawan asing pada 14 Oktober 2021 (wisman).
Menurut Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), persiapan Bali untuk menerima wisatawan asing hampir selesai. Untuk mempersiapkan pembukaan kembali Bali, seluruh sektor parekraf Bali berpartisipasi.
Tidak seperti hotel, yang sangat mempersiapkan fasilitas mereka dan protokol kesehatan yang sangat ketat. Hingga saat ini, ada 654 hotel di Bali yang tersertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environmental Sustainability). Selain itu, restoran-restoran di Bali telah bersiap untuk menerima tamu. Jauh sebelum penerbangan internasional dibuka, semua persiapan protokol kesehatan telah dilakukan.
Cara ini tidak hanya lebih efisien, tetapi juga mengurangi jumlah kontak. Restoran akan memastikan bahwa seluruh staf mengikuti protokol kesehatan dan telah divaksinasi. Karyawan yang sakit tidak dapat bekerja.
Sebaliknya, tingkat vaksinasi Pulau Dewata menunjukkan betapa siapnya Bali untuk dibuka. Per 8 Oktober 2021, vaksinasi di Bali telah mencapai 98% untuk dosis pertama dan 80% untuk dosis kedua. Presiden Joko Widodo memberikan pengumuman langsung melalui akun Instagram pribadinya tentang jumlah orang yang telah divaksinasi di Bali.
Angka vaksinasi yang tinggi di Bali mungkin merupakan salah satu indikator betapa siapnya Bali untuk menerima wisatawan domestik dan asing.
Untuk mendorong pariwisata di Bali kembali meningkat, ada beberapa hambatan yang harus dihadapi. Yang pertama adalah keadaan ekonomi global yang tidak stabil. Kedua adalah kenaikan harga komoditas energi dan pangan di seluruh dunia. Ketiga adalah harga wisata menjadi lebih mahal. Keempat, pandemi COVID-19 masih belum diketahui selesai. Kelima, aturan perjalanan semakin kompleks saat ini. Keenam, kebijakan setiap negara berbeda. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 tahun 2020 tentang Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan yang mendukung pariwisata digital dan sektor pertanian, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dan industri kreatif adalah bidang-bidang lain yang bangkit setelah pandemi COVID-19. Sebagai alternatif tonggak perekonomian Bali dalam menghadapi ancaman resesi tahun-tahun mendatang, kebijakan yang mendorong pertumbuhan industri non-pariwisata dan optimalisasi diperlukan.
Baca juga : 5 Destinasi Kuta Bali Yang Wajib Dikunjungi